Rifki Muhammad Audy
ketika harapan merupakan awal untuk menuju kesuksesan..
Kamis, 21 Maret 2013
PEMUDA DAN INDONESIA - Nasib Indonesia Ada di Genggaman Kita, Wahai Pemuda!!
Ada sebuah kalimat yang langsung
terbesit dalam pikiran saat mendengar kata pemuda. Sebuah kalimat
yang dilontarkan oleh seorang pemimpin besar yang sekaligus merupakan presiden
pertama di Negeri ini, “Beri aku 1.000
orangtua, maka akan kucabut Semeru dari
akarnya. Namun beri aku 10 pemuda, maka akan kuguncangkan dunia”, kalimat itu lah yang telah mengawali sebuah opini besar yang menjelaskan
bahwa pemuda memiliki peran yang sangat penting dalam melaksanakan sebuah proses
perubahan dan pergerakan dalam membangun sekaligus memerbaiki kondisi di Negara
ini, Indonesia.
Secara
jasmani, pemuda merupakan usia dimana pada umumnya memiliki spirit dan semangat terbaik dalam
perjalanan panjang usia setiap umat manusia. Ia memiliki semangat yang besar dalam
beraktivitas, terutama dalam hal pencapaian sebuah cita-cita. Pada masa ini pula, ia
telah memiliki pengetahuan yang cukup memadai untuk mengkritisi suatu
permasalahan yang ada di sekitarnya. Terbukti dengan maraknya demonstasi dan
penyampaian aspirasi yang dilakukan oleh mereka. Selain itu, maraknya pembentukan
organisasi-organisasi pemuda di berbagai bidang, baik itu seni, politik, iptek, agama,
pengetahuan, kelingkungan, dan sebagainya juga menjadi bukti yang mendasari hal tersebut, yang
pada dasarnya semua itu bertujuan untuk kemajuan dan pembagunan
bersama.
Namun,
akhir-akhir ini pemuda Indonesia seolah tengah diserang berbagai ancaman secara
bertubi-tubi, bahkan beberapa dari serangan tesebut telah menyerang mereka sejak
mereka kecil. Seperti ancaman tayangan televisi yang kurang mendidik, munculnya
berbagai media yang memihak, pornografi, narkotika, minuman keras, kemalasan, bahkan
sampai ancaman budaya korupsi. Tentu saja ancaman ini tidak hanya mengancam
masa depan mereka dan orang-orang terdekatnya, melainkan juga mengancam masa
depan negara Indonesia. Kenapa? Ya, karena dengan melemahnya kualitas pemuda,
maka spirit dalam melakukan perubahan
dan pergerakan dalam pembangunan dan perbaikan Indonesia pun akan semakin
melemah pula. Indonesia akan semakin kekurangan pemuda, padahal untuk mengumpulkan
10 pemuda yang dimaksud oleh Presiden Soekarno di Negeri ini saja sudah susah,
ditambah dengan adanya ancaman yang semakin hari semakin ramai menerpa. Entah
bagaimana nasib Indonesia ke depannya kalau dibiarkan.
Oleh
karena itu, kita sebagai pemuda harus dapat melawan dan meminimalisir ancaman
tersebut, dengan memafaatkan fungsi kita sebagai pemuda yaitu “agent of change/agen perubahan”. Kita
harus membuat perubahan yang besar, perubahan yeng dapat membawa Indonesia
masuk ke dalam zaman yang lebih baik, zaman yang lebih cerah. Mungkin
pergerakan aksi pemuda zaman orde baru bisa kita jadikan contoh dalam hal
semangat, kekompakan, dan keberaniannya dalam melawan ke-tidak adil-an dan
ke-tidak benar-an pemerintahan presiden di zaman tersebut. Namun saat ini, dalam
melakukan aksi, selama suara masih didengar, jangan pernah melakukan tindakan
yang anarkisme, karena sebenarnya tindakan terdebut akan merugikan banyak orang yang tidak
bersalah.
Dengan
melakukan pergerakan dan perubahan yang positif dengan cara yang benar,
sekaligus dengan kekompakan antar semua pemuda di Indonesia, maka dapat
dipastikan Indonesia akan menjadi negara yang jauh lebih baik dari saat ini.
Selain itu, Indonesia juga akan lebih diperhitungkan di mata Internasional
dalam segala bidang, baik seni, iptek, sosial, dan sebagainya. Karena nasib
Indonesia berada di genggaman kita, para pemuda.
Rabu, 01 Agustus 2012
KARYA 3D: Menghitung Domba
MENGHITUNG DOMBA
(dalam kegiatan pameran seni rupa "INSOMNIART" BEKAGE)
Caption:
Saat insomnia menerpa, hitunglah mereka, maka kau akan dibawanya ke alam mimpi, dimana tak ada lagi pikiran-pikiran yang mengganggu dari tugas duniawimu, yang ada hanyalah mimpi-mimpi indahmu di tengah malam yang lelap..
(dalam kegiatan pameran seni rupa "INSOMNIART" BEKAGE)
Karya Rifki Muhammad Audy |
Caption:
Saat insomnia menerpa, hitunglah mereka, maka kau akan dibawanya ke alam mimpi, dimana tak ada lagi pikiran-pikiran yang mengganggu dari tugas duniawimu, yang ada hanyalah mimpi-mimpi indahmu di tengah malam yang lelap..
SEBUAH JALAN LURUS
SEBUAH JALAN LURUS
Suara
bising mulai melahap senyap. Orang-orang sibuk bercengkrama dengan sekitarnya,
merasakan hitam putihnya kehidupan. Tak peduli dengan apa yang akan
terjadi selanjutnya, karena yang mereka
ketahui hanyalah bagaimana merasakan indahnya menyambung nyawa kehidupan, tuk
hari esok. Anak, cucu, keluarga, sahabat, ya merekalah segala-galanya dalam
kehidupan ini.
* *
Aku terus menyusuri jalan itu,
sebuah jalan lurus yang mengantarkanku dari titik pusat Yogyakarta menuju stasiun
kereta api Tugu. Entah, rasanya jalan
itu terlihat sangat ramai, menari-nari di tengah rasa sesak, kanan kiri
dipenuhi oleh orang-orang yang saling bertransaksi, menukarkan rupiah dengan
berbagai jenis barang yang dijajakan di sepanjang jalan itu. Aku pun dibuat
heran olehnya, tempat apa sebenarnya ini?
Terus kulangkahkan kedua kakiku tuk
membawa tubuhku menyusuri jalan lurus itu, langkah demi langkah kutelusuri
hingga aku menemukan sesuatu, ya sesuatu yang dapat membuka mata dan pikiranku.
Lalu tak jauh kumelangkah, kulihat sekelompok bapak-bapak berkalungkan handuk
kecil tengah menunggu pengunjung datang dengan setia di atas kendaraan roda tiganya.
Setiap kali ada yang lewat di hadapannya, segera dengan semangat mereka
menawarkan “mari becaknya, mau ke bakpia, pusat dagadu, batik, saya antar”
seraya melangkah mendekatinya. Namun apabila tak berhasil satu target, tak
pernah mereka menyerah dan berpurus asa, mereka pun beralih pada target
selanjutnya. Berbagai cara mereka lakukan tuk menarik hati targetnya demi dapat
menyambung nyawa keluarganya. Itulah hidup, siapa
yang terus berusaha maka dia lah yang
akan mendapatkannya.
Kulanjutkan perjalananku, kemudian
tak jauh kumelangkah kutemui di sebelah kanan jejeran warung makan yang
beratapkan tenda besar memanjang di pinggiran jalan itu. Semua pelanggan yang
ingin menikmatinya diharapkan rela untuk duduk lesehan, karena tak ada satu pun bangku yang disediakan untuk
mereka. Namun mungkin itulah yang menjadi daya tarik mereka, sebagai warung
makan di Yogyakarta di malam hari.
Sambil menikmati hidangan, tak lupa
alunan musik yang dimainkan oleh para musisi jalanan pun tutut menambah indah
suasana malam di kota itu, biasanya mereka memilih lagu yang dimainkan sesuai
dengan suasana saat itu sehingga membuat hati pendengar menjadi nyaman. Namun
balasan rupiah lah yang diinginkan oleh mereka dari jari-jari keiklasan para
pendengarnya, tak berharap banyak namun yang mereka inginkan hanyalah rupiah
itu dapat mencukupi kebutuhannya di hari ini, esok, dan selanjutnya.
Kutinggalkan mereka, dan berjalan
terus ke arah stasiun. Kurasakan sepoinya angin yang berhambus di tubuhku,
menambah damai dan sejuknya hati ini. Kemudian sesampainya di stasiun, kuputar
balik tubuhku ke arah jalan lurus itu, tampak jelas sekali sebuah papan nama
jalan yang berwarna hijau terpampang dengan yakin di sana, yang telah menjawab
semua pertanyaanku. Tertulis di permukaannya dengan cat warna putuh, sebuah
nama jalan, jalan yang sangat familiar di kota itu, hampir semua orang mengenalnya,
ya mungkin bisa disebut sebagai pusat kota Yogyakarta, dimana banyak rupiah
dapat diperoleh di tempat ini. Ya, inilah JALAN
MALIOBORO.
Pesona Di Balik Kemistisan Kawasan Pesisir Bantul
SAND DUNNES DAN LAVA FLOW
Pesona Di Balik Kemistisan
Kawasan Pesisir Bantul
Banyak cerita dan kisah
berbau mistis yang berasal dari kawasan pesisir bantul. Khususnya pantai selatan
kota Yogyakarta yang konon katanya dikuasai oleh sang penguasa laut selatan, Nyai
Roro Kidul. Sosoknya yang begitu misterius sudah tak dapat dipisahkan lagi
dengan kepercayaan budaya masyarakat sekitar pantai selatan pulau Jawa. Namun
di balik semua itu, pesisir Bantul juga memiliki pesona kenampakan alam yang sangat
istimewa dan tidak dimiliki oleh kawasan lain, bahkan satu-satunya di
Indonesia.
Beberapa minggu yang
lalu, Fakultas Geografi UGM menugaskan kepada seluruh mahasiswa semester 2 Fakultas
Geografi UGM untuk melakukan survey
lapangan dalam mata kuliah KKL-1 (Kuliah Kerja lapangan ke 1). Kegiatan ini
bertujuan agar mahasiswa dapat memahami konsepsi bentanglahan secara benar.
Dari sekian banyak mahasiswa tersebut, dibagi menjadi beberapa kelompok dengan kawasan
pengamatan yang berbeda-beda. Salah satu kawasan pengamatan yang diamati adalah
kawasan pesisir Bantul yang diamati oleh kelompok kami (kelompok F2) dengan bimbingan
dari salah satu dosen fakultas Geografi UGM, Dr. Langgeng Wahyu Santosa, M.Si.
Beberapa anggota kelompok F2 di Pantai Depok (Pesisir Bantul) |
Salah satu kenampakan yang kami amati adalah sand dunes (gumuk pasir), yang berada di sebelah barat Pantai Parangtritis. Fenomena sand dunnes ini sangat unik, dikarenakan pada awalnya sand dunnes belum pernah ditemukan pada daerah yang beriklim tropis, namun di Indonesia yang pada dasarnya memiliki iklim tropis dapat ditemukan adanya kenampakan sand dunnes ini. Sand dunnes ini banyak dimanfaatkan sebagai tempat wisata, pembuatan video clip, pemotretan pre wedding, serta sebagai tempat latihan manasik haji.
Sand Dunnes (Gumuk Pasir) |
Beberapa anggota kelompok F2 di Laboralorium Geospasial |
Selain gumuk pasir, kami juga mengamati kenampakan aliran lava atau yang biasa disebut dengan lava flow. Oleh beberapa masyarakat yang mempercayainya, fenomena atau kenampakan ini dianggap sebagai sesuatu yang sakral, sehingga aliran lava ini juga dijadikan sebagai tempat wisata budaya dengan dibangunkannya kompleks khusus di kawasan lava flow ini.
Lava Flow |
Menurut juru kunci lava flow, Mbah Surakso Merso, batu ini dulunya digunakan sebagai tempat bertapa Panembahan Senopati agar bisa bertemu dengan Nyai Roro Kidul untuk mengungkapkan keinginannya untuk memimpin Mataram dan hal tersebut terkabulkan. Pada umumnya tempat ini ramai dikunjungi oleh para peziarah pada jumat kliwon, selasa kliwon dan malam suro. Selain hari-hari itu setiap tanggal 30 Rajab diadakan upacara Labuhan oleh masyarakat Jawa di tempat tersebut, yang merupakan peringatan terhadap hari ketika Panembahan Senopati bertapa.
Namun secara ilmiah,
aliran lava ini terbentuk dari medan vulkanis yang mengalami deposisi dari
ekstrusi gunung api bawah laut. Lava ini termasuk dalam kegiatan gunung api
pertama di Jawa yakni pada akhir zaman Oligosen atau awal Miosen. Adanya letusan gunung api purba yang
mengeluarkan lava dan magma dari gunung api tersebut mengalami proses
pembekuan. Gunung api purba dulu terletak di laut sehingga lelehan magma
tersebut mengalir ke dasar laut dan membeku didasar laut dan membentuk lava
flow. Letak lava flow yang sekarang terletak di daratan dikarenakan adanya
proses pengangkatan akibat tabrakan dari lempeng Hindia-Australia dengan
lempeng Eurasia.
Tulisan ini juga bisa dilihat di:
http://citizen6.liputan6.com/read/409170/pesona-kemistisan-kawasan-pesisir-bantul
Tulisan ini juga bisa dilihat di:
http://citizen6.liputan6.com/read/409170/pesona-kemistisan-kawasan-pesisir-bantul
PUISI: BIMBANG-DUA DUNIA
Puisi ini dibuat dalam pemenuhan tugas MOP, sebenernya ga disuruh bikin puisi juga sih cuma tulisan tentang "Mahasiswa Ideal" aja. Ini buat iseng-iseng sekalian belajar aja, tapi ga tau jadinya puisi apa kaya gini haha. mudah-mudahan ga jelek-jelek amat deh, amiin..
BIMBANG-DUA DUNIA
Ombak menggulung penuh amarah
Petir gemuruh membawa kekelaman
Badai, angin kencang seolah ia pun mengamuk
Mengalir, menarik, mendorong tubuhku
Bimbang, di dunia tak tentu arah
Bimbang, di dunia yang penuh pilihan
berbeda..
Menatap lurus kedua bola mataku ke dunia luar di hadapanku
Dunia luas dengan penuh ralitas-realitas kehidupan nyata
Menari-nari seraya menarikku masuk ke dunia di dalamnya
Memberiku seteguk air pengalaman
Menghadapi masa depan yang penuh perjuangan
Hidup – Bahagia – Terang – Derita – Gelap – atau Mati
Ah, tak perlu ku menyanjungnya seperti itu!
Ia juga lah sang pelaku perusak dunia dalam ku ini
Membuatku lupa akan segalanya yang ada di dunia ini
Dunia yang telah memberiku seteguk air ilmu
Ilmu yang masuk melalui celah mata dan telingaku
Ya, ilmu yang telah kutetapkan sejak awal hidupku
Hidupku di dunia ruang ini
Ruang yang terisi oleh bangku dan pena
Entah, dunia mana yang harus kupilih
Bimbang, antara dua dunia yang berbeda
Salah mengambil langkah akan menjatuhkan jiwaku
Jatuh, ke dalam lobang kekelaman
Meninggalkan sesal bersamanya
Terdengar bisik-bisik bibir lincah berbicara
“Ilmu! ia lebih penting!”
“Tidak, pengalaman lah yang menentukan segalanya!”
Ya, mereka bertengkar dalam ketidakpastian
Memenangkan ego tanpa melihat ke depan
Dunia yang luas dan jelas..
Tak lama,
Sinar cerah mulai melahap kegelapan
Melahap tanpa meninggalkan sisa
Berbisik penuh kepastian
Menghapus seluruh kebimbangan
“Salah, keduanya lah yang lebih baik
Melangkah bersama
tak ada yang ditinggalkan
Mereka lah pegangan jembatan keseimbanganmu
Tak ada yang lebih berat di antara keduanya
Hingga mengantarkanmu ke masa depan
Masa depan yang lebih baik..”
Sabtu, 14 Juli 2012
KUNJUNGAN MEDIA KE SOLOPOS
Siapa yang tak
kenal dengan kota Solo, kota yang berhiaskan citra sebagai pusat kebudayaan budaya
Jawa, The Spirit of Java. Bila
melihat budaya kota Solo seakan kita akan melihat budaya Jawa, seolah ia pun dapat
dipandang sebagai model kebudayaan budaya Jawa. Banyak kebudayaan dan daya
tarik pariwisata yang lahir dan berkembang di kota ini, membuatnya semakin
dikenal oleh para wisatawan, baik lokal maupun asing. Lokasinya yang sangat
strategis juga sangat membantu akan citranya tersebut akan tercipta.
Lalu ada apa lagi yang bisa kita pelajari dari Solo? heemm.. sebagai
mahasiswa yang bergerak di bidang media mahasiswa, akan menjawab “Surat
Kabar!!”. Namun ada beberapa surat kabar yang berdiri dan beroperasi di daerah
kota Solo ini (tidak tahu pastinya berapa), oleh karena itu untuk fungsi
efisiensi waktu dan tenaga, dipilihlah satu surat kabar yang akan aku kunjungi
bersama teman-teman departemen media opini publik BEM KM FGE UGM, yaitu
SOLOPOS. Kemudian kami beri nama kegiatan tersebut dengan nama “Kunjungan Media
ke SOLOPOS”
Namun
sepi rasanya bila hanya kami bersepuluh (anggota media opini publik) yang
berangkat ke solopos ini, oleh karena itu kami pun berinisiatif untuk mengajak
UKM dan HMJ lain untuk ikut bersama kami. Alhasil inilah kami yang berangkat ke
SOLOPOS:
Kalau
yang ini anak-anak media opini publik nya (ditambah mas tama, tapi dia ga bisa
ikut):
Sesampainya di SOLOPOS, kami pun dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan
yang tidak begitu luas dengan penataan meja yang melingkar di tengah ruangan
tersebut. Lalu kami duduk di masing-masing kursi yang melingkari meja besar
tersebut. “Heem.. seperti ruang rapat” pikirku. Agak lama kami menunggu
narasumber yang akan memberi materi kepada kami, dan hanya diberi hiburan
sebuah tayangan iklan SOLOPOS yang dipancarkan dari sebuah proyektor, “solo…
solo... solo..” ya hanya satu kata itulah yang diucapkan dari sekian banyak
model-model iklan yang bergantian mejeng di iklan tersebut, sedikit
membuatku geli memang hahaa.
Kemudian
datanglah seorang mas-mas barpakaian seragam SOLOPOS berwarna biru, menurut
beberapa temanku ia bernama Krisna, namun seingatku bukan Krisna namanya, tapi
aku juga tidak tahu. Yasudahlah, ga terlalu penting juga, pokoknya orangnya
yang ini deh: (maaf mas namanya agak terlupa..)
Kemudian ia bercerita banyak
tentang SOLOPOS dan media, namun lebih fokus ke SOLOPOS-nya, mulai dari sejarahnya
sampai ke mekanisme keredaksiannya. Ya, surat kabar yang pertama kali terbit
pada tanggal
19 September 1997 ini memiliki sistem yang sama dengan sistem-sistem kerja
lainnya, yaitu dibagi menjadi beberapa bagian yang memiliki fungsi dan tugasnya
masing-masing namun tetap saling berkaitan.
Untuk keredaksiannya, redaksi
dibagi menjadi bebarapa bagian yang tiap bagiannya dipengang oleh redaktur.
Kemudian redaktur bertanggungjawab atas beberapa wartawan, yang wartawan
tersebut tiap harinya harus mencari berita semenarik mungkin, minimal sekitar
2-3 berita tiap harinya. Kemudian setelah wartawan mendapatkan berita, dari
berbagai sumber (Peristiwa,
VSAT, Internet, Naskah Setter, Foto) ia bertugas untuk mengumpulkannya ke redaktur dengan deadline pukul 16.00 WIB.
Setelah redaktur menerimanya, kemudian dirapatkan dengan pemimpin redaksi untuk
memutuskan berita mana yang layak untuk diterbitkan dan mana yang tidak layak
untuk diterbitkan.
Setelah hasil rapat telah
ditentukan, kemudian dilakukan proses layouting. Lalu pada pukul 01.00 WIB
proses penyetakan dilakukan di tempat yang
seperti ini:
Kemudian setelah proses percetakan
selesai, Koran pun didistribusikan ke rumah-rumah pembaca.
Seusai dari SOLOPOS, kami pun berwisata kuliner (eh
engga juga sih, cuma makan di satu tempat di pinggir jalan gitu haha) dan berwisata di Taman
Balekambang. Setelah itu baru lah kami pulang ke Kampus. Males ngejelasinnya, liat beberapa foto-fotonya aja ya..
Langganan:
Postingan (Atom)